Rabu, 21 Maret 2018

KEBIJAKAN EKONOMI KONVENSIONAL DALAM MENGATASI INFLASI DAN INFLASI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM



BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Inflasi meupakan feonomena ekonomi yang selalu menarik untuk dibahas terutama berkaitan dengan dampak nya yang luas terhadap makro ekonomi Agregat. Inflasi adalah kenaikan dalam harga barang dan jasa yang terjadi karena permintaan bertambah lebih besar dibandingkan dengan penawaran barang di pasar.Terdapat kebijakan-kebijakan yang dibuat untuk menstabilkan inflasi, seperti kebijakan moneter, kebijakan fiskal dan non meter serta non fiskal.
Dalam Islam pun membahas infalasi prespektif ekonomi. Didalam Islam tidak dikenal dengan inflasi karena mata uang yang dipakai adalah dinar dan dirham, yang mana mempunyai nilai yang stabil dan dibenarkan oleh Islam.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Kebijakan Ekonomi Konvensional dalam Mengatasi Inflasi?
2.      Bagaimana Inflasi dalam Prespektif Ekonomi Islam?
C.     Tujuan
1.      Untuk Mengetahui Kebijakan Ekonomi Konvensional dalam Mengatasi Inflasi.
2.      Untuk Mengetahui Inflasi dalam Prespektif Ekonomi Islam.











BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kebijakan Ekonomi Konvensional Dalam Mengatasi Inflasi
Secara sederhana cara mengatasi inflasi tidak lain adalah dengan mengurangi M(jumlah uang beredar) dan V(kecepatan peredaran uang) atau pula dengan menaikan T(barang yang diperdagangkan).
Ada 3 jenis kebijakan yang dapat ditempuh dalam untuk mengurangi  M dan mengurangi V serta menaikan T, yaitu :

1.       Kebijakan moneter
Kebijakan ini berkaitan dengan bidang keuangan dan perkreditan dan sasaran utamanya adalah mengurangi jumlah uang yang beredar dan menyempitkan  pemberian kredit .
Kebijakan moneter ini dilaksanakan oleh Bank Sentral dengan cara sebagai berikut :[1]
a.       Politik diskonto
Politik diskonto atau sering disebut dengan politik suku bunga diskonto) yaitu dengan menaikan tingkat suku bunga .
b.      Politik pasar terbuka
Politik pasar terbuka atau sering disebut dengan open market operation yaitu dengan menjual surat-surat berharga agar jumlah uang yang beredar dimasyarakat berkurang.
c.       Politik cadangan kas
Politik cadangan kasa atau sering disebut dengan cash ratio policy yaitu dengan menaikan cash ratio yang berlaku dengan maksud untuk mengurangi  jumlah pemberian kredit yang disediakan kepada masyarakat.
d.      Moral situation
Moral situation merupakan kebijakan yang bersifat sugesti yang dillakukan oleh bank sentral pada bank umum untuk menaikan/menurunkan jumah uang yang beredar.

2.       Kebijakan fiskal
Kebijakan ini berkaitan dengan bidang anggaran belanja dan perpajakan yang dilaksankan oleh kementrian keuangan melaluli Badan Kebijakan Fiskal (BKF). Usaha yang di tempuh dalam mengatasi inflasi dengan menurunkan pengeluaran pemerintah,menaikan pajak, dan mengdakan pinjaman pemerintah antara lain dengan menerbitkan surat hutang misalnya SUN. Kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah sejalan dengan kebijakan moneter.
Ada tiga cara yang dilakukan sebagai berikut:
a.       Mengatur penerimaan pengeluaran pemerintah
b.      Menaikan tarif pajak . jika tarif pajak dinaikan maka tentu uang yang dappat di belanjakan oleh masyarakat semakin berkurang sehingga harga akan menurun.
c.       Mengadakn pinjaman pemerintah. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara otomatis tanpa kpmpromi terlebih dahulu misalnya agar uang tidak terlalu banyak beredar.
3.       Kebijakan non-moneter dan non-fiskal (kebijakan riil)
Kebijakan non-moneter dan non fiskal yaitu kebijakan dengan menempuh peningkatan hasil produksi,menstabilkan gaji dan upah (tidak sering menaikan) dan pengendalian hagra serta distribusi barang kebutuhan kepada  masyarakat.
Cara tersebut bisa dotempuh dengan 3 cara diantaranya:
a.       Menaikan hasil produksi,sekalipun jumlah uang beredar bertambah.
b.      Kebijaksanaan upah .
Pemerintah menganjurkan kepada serikat-serikat buruh untuk tidak menentukan kenaikan upah selagi masih terjadi inflasi tanpa dibarengi dengan peningkatan prduksi.
c.       Pengawasan harga ,agar harga barang tidak terlalu naik, pemerintah dapat melakukan pengawasan dan kalau perlu menetapkan harga. Langkah lain untuk mengatasi inflasi adalah dengan melakukan sanering yaitu dengan cara menurunkan nilai nominal rupiah.

B.     Inflasi Dalam Perspektif Ekonomi Islam
Ekonomi islam merupakan ikhtiar pencarian sisten ekonomi yang lebih baik setelah ekonomi kapitalis gagal total. Bisa dibayangkan betapa tidak adilnya,beatapa pincangnya akibat sistem kapitalis yang berlaku sekarang ini,yang kaya semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin. Selain itu dalam pelaksanaannya, ekonomi kapitalis ini banyak menimbulkan permasalahan pertama ketikadilan dalam berbagai macam kegiatan yang tercermin ketidakmerataan pembagian pendapatn masyrakat. pembagian pendapatan masyarakat. Kedua ketidakstabilan dari sistem ekonomi yang ada saat ini menimbulkan berbagai gejolak dalam kegiatannya. Dan dalam ekonomi islam,hal yang demikian itu inssyaallah tidak akan terjadi.
Dalam islam tidak dikenal denga inflasi ,karena mata uang yang dipakai adalah dinar dan dirham, yang mana mempunyai nilai yang stabil dan dan dibenarkan oleh islam. Adhiwarman karim mengatakan bahwa, syekh an-nabhani (2001:147) memberikan beberapa alasan mengapa mata uang yang sesuai itu adalah dengan dengan menggunkan emas. Ketika islam melarang praktek penimbunan harta ,islam hanya mengkhususkan larangan tersebut untuk emas dan perak,padahal harta itu mencangkup semua semua barang yang bisa dijadikan sebagai kekayaan.
a.       Islam telah mengaitkan emas dan perak dengan hukum yang baku dan tidak berubah-ubah, ketika islam mewajibkan diat,maka yang dijadikan sebagai uurannay adalah dalam bentuk emas,
b.      Rasulullah telah menetapkan emas dan perak sebagai mata uang dan beliau menjadikan hanya emas dan perak sebagai standar uang.
c.       Ketika allah SWT mewajibkan zakat uang ,allah telah mewajibkan zakat tersebut dengan nisab emas dan perak.
d.      Hukum-hukum tentang pertukaran mata uang yang terjadi dalam transaksi uang hanya dilakukan dengan emas dan perak. Begitupun dengan transaksi lainnya dengan transaksi lainnya hanya dinyatakan dengan emas dan perak.[2]
Penurunan nilai dinar atau dirham memang masih mungkin terjadi , yaitu ketika nilai emas yang menopang nilai nominal dinar itu mengalami  penurunanya.diantaranya akibat ditemukannya emas dalam jumlah yang besar,tapi keadaan ini kecil sekali kemungkinannya. Kondisi defisit pernah terjadi pada zaman rasululah dan ini hanya terjadi satu kali yaitu sebelum perang hunai.
Menurut para ekonomi islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian negara, karena :
1.      Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran dimuka, dan fungsi dari unit penghitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang dan aset keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga telah mengakibatkan terjadinya inflasi kembali,atau dengan kata lain  “self feeding inflation”.
2.      Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat (turunnya marginal propensity to save). Hal ini berakibat pada menurunnya dana pembiyaan yang akan disalurkan.
3.      Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama pembelanjaan untuk barang-barang non-primer dan barang-barang mewah (naiknya marginal propensity to consume).
4.      Mengarahkan inestasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu penumpukan kekayaan(hoarding) seperti pada aset property yaitu tanah dan bangunan , logam mulia,mata uang asinng dengan mengorbankan inestasi kearah produtif seperti pertaniaan,industrial,perdagangan,transportasi,dan lainnya.
Ekonomi islam taqyudin ahmad iibn al-maqrizi 91364-1441 M, yang merupakan salah satu murid dari ibn khaldun, menggolongkan inflasi dalam dua golongan yaitu :
1.      Natural inflation
Sesuai dengan namanya ,inflasi jenis ini diakibatkan oleh sebab-sebab alamiah dimana orang tidak  mempunyai kendali atasnya(dalam hal mencegah). Ibn al-marizi mengatakan bahwa inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh turunnya penawaran aggregatif (AD).
Maka natural inflation akan dibedakan berdasarkan penyebabnyabmenjadi 2 golongan yaitu sebagai berikut:
a.       Akibat uang yang masuk dari luar negri terlalu banyak , dimana ekspor naik sedangkan impor turun sehingga nilai ekspor bersih sangat besar, maka mengakibatkan naiknya permintaan agregat(AD). Hal ini pernah terjadi pada masa pmerintah kahlifah umar ibn khattab r.a. pada masa itu kafilah pedagang yang menjual barangnya dari luar negri membeli barang-barang yang mereka jual (positie net exsport). Adanya positie net exsport akan menjadikan keuntungan, keuntungan yang berupa kelebihan uang tersebut akan dibawa masuk Madinah sehingga pendapatan dan daya beli masyarakat akan naik.
b.      Akibat turunnya tingkat prouksi(agregatif supply(AS) karena terjadinya paceklik,perang ataupun embargo dan boikot. Hal ini pernah terjadi pula pada masa pemerintah khalifah umar bin khattab yaitu pada saat pecekelik yang mengakibatkan kelangkaan gandum, atau dapat digambarkan pada grafik kura AS bergeser kekiri,yang kemudian mengakibatkan naiknya tingkat harga-harga.
Jadi inflasi yang terjadi karena sebab-sebab yang alamiah, atau murni karena tarikan permintaan dan penawaran, maka pemerintah tidk perlu khawatir . karena solusi yang dapat dilakuan aalah dengan menstabilkan baik permintaan agregat maupun penawaran agregat pada kondisi semula sebelum terjadinya kenaikan inflasi.
2.      Human error inflation
Selain penyebab-penyebab yang dimaksud pada natural inflatio, maa inflasi-inflasi yang di sebabakan oleh hal-hal lainnya dapat digolongkan sebai human error inflation atau flase inflation. Human error inflation dikatakan sebagai inflasi yang disebbakan oleh kesalahan-kesalahan dari manusia itu sendiri. Human error inflation dapat dikelompokkan menurut penyebab-penyebabnya sebagai
 berikut:
a.       Korupsi dan administrasi yang buruk
Korupsi akan menaikkan tingkat harga,karea produsen harus menaikkan harga jual padaa produksinya untuk menutupi biaya-biaya siluman yang telah mereka bayarkan.[3]
b.      Pajak yang berlebihan
Efek yang ditimbulkan oleh pengenaan pajak yang berlebihan pada perekonomian akan memberikan pengaruh yang sama dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh korupsi dan administrasi yang buruk yaitu terjadinya kontraksi pada kurva penawaran agregat.
c.       Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang berlebihan(excessive seignorage)
Seignore arti tradisionalnnya adalah keuntungan dari pencetakannya dimana biasanya percetakan tersebut dimiliki oleh penguasa. Pencetakan uang yan terlalu berlebihan akan mengakibatkan teralu banyak jumlah uang yang beredar dimasyarakat, hal ini berimplikasi pada penurunan nilai mata uang.


PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dalam kebijakan ekonomi konvensional dalam mengatasi inflasi terdapat beberapa kebijakan diantaranya kebijakan moneter, kebijakan fiskal dan kebijakan non-moneter dan non-fiskal.
Dalam islam tidak dikenal denga inflasi ,karena mata uang yang dikai adalah dinar dan dirham, yang mana mempunyai nilai yang stabil dan dan dibenarkan oleh islam.


























DAFTAR PUSTAKA

Ratama rahardja&mandala manurung,pengantar ilmu ekonomi:jakarta:LP-FEUI,2004
Nurul huda,Ekonomi Makro Islam,tapos-cimanggis,Depok:Prenadamedia group,2008
Nur Rianto AL arif,teori makro ekonomi islam,konsep,teori dan analisis, Bandung:Alfabeta,2010



[1]Ratama rahardja&mandala manurung,pengantar ilmu ekonomi:jakarta:LP-FEUI,2004
[2]Nurul huda,Ekonomi Makro Islam,tapos-cimanggis,Depok:Prenadamedia group,2008
[3]Nur Rianto AL arif,teori makro ekonomi islam,konsep,teori dan analisis, Bandung:Alfabeta,2010